Jumat, 20 Juni 2025

Sejarah Lengkap Kerajaan Majapahit

Unduh sejarah lengkap kerajaan Majapahit disini!

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang paling besar dan kuat dalam sejarah Nusantara, dengan pusat di Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan ini ada dari tahun 1293 hingga sekitar 1527, dan dikenal sebagai kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Nusantara yang mencapai keemasan yang luar biasa.

 

Di bawah ini adalah sejarah lengkap mengenai Kerajaan Majapahit:

 

1. Awal Mula Majapahit (1293 M)

 

Latar Belakang: Awal mula Majapahit terkait dengan jatuhnya Kerajaan Singasari pada tahun 1292 akibat pemberontakan Jayakatwang, adipati Kediri. Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara (raja terakhir Singasari), berhasil melarikan diri dan meminta bantuan dari Arya Wiraraja, Adipati Sumenep (Madura).

Pembukaan Hutan Tarik: Atas saran Arya Wiraraja, Raden Wijaya meminta Jayakatwang untuk membuka hutan Tarik di daerah Trowulan sebagai lokasi berburu. Izin ini diberikan, dan hutan itu kemudian dijadikan desa yang dinamai Majapahit. Nama "Majapahit" diambil dari buah maja yang banyak tumbuh di sekitaran, meski rasanya pahit.

Strategi Raden Wijaya: Ketika tentara Mongol dari Dinasti Yuan (Tiongkok) yang diutus oleh Kubilai Khan tiba di Jawa untuk menghukum Kertanegara, Raden Wijaya memanfaatkan keadaan tersebut. Ia menjalin aliansi dengan tentara Mongol untuk menyerang Jayakatwang dan berhasil mengalahkan Kediri.

Pengkhianatan Raden Wijaya: Setelah kemenangan atas Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik mengejutkan pasukan Mongol yang sudah lelah dan berhasil mengusir mereka dari Jawa. Keberhasilan ini menjadikan Raden Wijaya sebagai pemimpin di wilayah Jawa.

Penobatan Raden Wijaya: Pada tanggal 10 November 1293, Raden Wijaya diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

 

2. Raja-Raja Awal dan Tantangan (1293 - 1350 M)

 

Raden Wijaya (1293-1309 M): Sebagai pendiri kerajaan, Raden Wijaya menetapkan fondasi-fondasi penting. Namun, pemerintahannya juga mengalami beberapa pemberontakan, termasuk pemberontakan Ranggalawe.

Jayanegara (1309-1328 M): Putra Raden Wijaya ini menghadapi banyak tantangan dari pemberontakan yang menguji kekuatan Majapahit, salah satunya adalah pemberontakan Ra Kuti. Jayanegara meninggal dunia tanpa meninggalkan pewaris.

Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M): Adik Jayanegara, yaitu Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani, mengambil alih tahta. Selama masa pemerintahannya, ia menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih. Di sinilah Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa," yang merupakan tekad untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah pemerintahan Majapahit. Di bawah kepemimpinan Tribhuwana dan Gajah Mada, berbagai pemberontakan dapat ditekan dan wilayah Majapahit mulai diperluas.

 

3. Masa Keemasan (1350-1389 M): Hayam Wuruk dan Gajah Mada

 

Hayam Wuruk (1350-1389 M): Cucu dari Raden Wijaya, Hayam Wuruk, naik tahta di usia muda. Era kepemimpinannya bersama Mahapatih Gajah Mada menandai puncak kejayaan Kerajaan Majapahit.

Sumpah Palapa dan Ekspansi Wilayah: Gajah Mada dengan semangat tinggi menjalankan Sumpah Palapa. Di bawah kepemimpinan mereka, Majapahit berhasil menguasai wilayah yang sangat luas, yang mencakup hampir seluruh Nusantara, mulai dari Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, hingga sebagian Papua dan Filipina. Kitab Negarakertagama dan Pararaton menjadi sumber utama yang menggambarkan kemegahan kawasan ini.

Kemakmuran dan Kebudayaan: Majapahit berkembang sebagai pusat bagi perdagangan, seni, sastra, dan budaya yang maju. Jalur perdagangan laut dikuasai, dan komoditas seperti lada, garam, dan lengkeng menjadi komoditas utama. Seni tari, seni lukis, seni ukir, serta arsitektur tumbuh dengan pesat. Toleransi antaragama (Hindu dan Buddha) juga sangat terlihat.

Warisan: Banyak situs candi, prasasti, dan karya sastra menjadi tanda kemegahan Majapahit. Contohnya adalah Candi Penataran, Candi Tikus, serta Kitab Negarakertagama (ciptaan Mpu Prapanca) dan Sutasoma (ciptaan Mpu Tantular) dengan motto "Bhinneka Tunggal Ika".

 

4. Masa Penurunan dan Keruntuhan (Setelah 1389 M)

 

Kehilangan Pemimpin Penting: Setelah kematian Gajah Mada (sekitar 1364 M) dan Hayam Wuruk (1389 M), Majapahit mulai mengalami kemunduran. Pemimpin yang ada tidak ada yang sekuat dan sehandal mereka dalam mengelola kerajaan yang luas ini.

Perang Paregreg (1404-1406 M): Pertarungan untuk merebut tahta antara Wikramawardhana (menantu Hayam Wuruk) dan Bhre Wirabhumi (anak Hayam Wuruk dari selir) menyebabkan konflik internal yang melemahkan Majapahit dan menguras sumber daya yang ada.

Pemberontakan dan Hilangnya Wilayah: Banyak daerah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan mulai mencoba untuk merdeka dari Majapahit.

Pertumbuhan Islam: Peningkatan pengaruh agama Islam di Jawa melalui kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak juga merupakan alasan eksternal yang membuat Majapahit semakin lemah.

Wabah dan Krisis Internal: Beberapa catatan menyebutkan adanya kelaparan dan masalah internal lain yang semakin memperburuk keadaan kerajaan.

Serangan dari Demak: Kerajaan Majapahit akhirnya runtuh pada 1527 M saat diserang oleh pasukan Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak. Setelah itu, wilayah Majapahit jatuh ke Demak, yang menandai berakhirnya era kerajaan Hindu-Buddha di Jawa.

Walaupun Majapahit telah hancur, warisan budayanya, nilai persatuan (Bhinneka Tunggal Ika), dan peninggalan arkeologinya tetap menjadi bagian penting dalam sejarah dan identitas bangsa Indonesia. Penelitian dan penemuan baru terus dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang kerajaan megah ini.

 

5. Sistem Pemerintahan Majapahit

 

Pemerintahan Majapahit terstruktur dengan baik dan termasuk yang tercanggih pada zamannya.

Konsep Dewaraja: Raja dipandang sebagai wujud dewa di dunia, memberikan dasar ilahi kepada kekuasaannya. Raja memiliki kekuasaan tertinggi di semua bidang, termasuk pemerintahan, militer, dan agama.

Struktur Hierarkis:

Raja (Maharaja): Pemimpin utama kerajaan.

Raja Muda (Yuwaraja): Biasanya adalah putra mahkota atau anggota dekat keluarga raja yang disiapkan untuk menggantikan.

Bhatara Saptaprabhu: Dewan penasehat kerajaan yang terdiri dari kerabat raja, berperan sebagai penasihat.

Mahapatih: Pejabat utama setelah raja, yang mengelola administrasi dan kegiatan pemerintahan sehari-hari. Gajah Mada adalah contoh terkenal.

Dharmmadhyaksa: Pejabat yang menangani urusan keagamaan, terbagi menjadi dua:

Dharmmadhyaksa ring Kasaiwan: Mengurus agama Siwa (Hindu).

Dharmmadhyaksa ring Kasogatan: Mengurus agama Buddha.

Rakryan: Pejabat tinggi kerajaan dengan berbagai tanggung jawab, seperti:

Rakryan Mapatih: Mahapatih.

Rakryan Demung: Mengelola rumah tangga kerajaan.

Rakryan Kanuruhan: Jembatan antara raja dan rakyat.

Rakryan Rangga: Mengatur urusan militer.

Bupati: Kepala daerah yang bertanggung jawab atas bagian tertentu dalam kerajaan.

Pembagian Wilayah: Majapahit membagi daerahnya menjadi 14 wilayah bawah (seperti Daha, Kahuripan, Tumapel, Wengker, dan lainnya), yang kemudian dibagi lagi menjadi kabupaten, kawadanan, pakuwuan, dan kebuyutan (daerah kecil dan kampung). Sistem ini mencerminkan prinsip desentralisasi teritorial dengan birokrasi yang mendetail.

 

6. Kehidupan Ekonomi Majapahit

 

Ekonomi Majapahit mengalami pertumbuhan signifikan akibat perpaduan antara sektor pertanian dan maritim.

Sektor Agraris: Pertanian menjadi pilar ekonomi, dengan padi sebagai barang paling utama. Sistem irigasi yang canggih menghasilkan panen yang melimpah.

Sektor Maritim dan Perdagangan: Majapahit menguasai jalur perdagangan laut di kepulauan. Pelabuhan di pantai utara Jawa, seperti Canggu dan Surabaya, menjadi pusat kegiatan perdagangan. Barang yang diperdagangkan mencakup rempah-rempah, beras, garam, lada, lengkeng, dan hasil hutan.

Hubungan Dagang Internasional: Majapahit menjalin hubungan dagang yang kuat dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara (seperti Champa) dan negara lain seperti Tiongkok dan India. Ini memperkaya perdagangan mereka dengan berbagai barang impor dan ekspor.

Pajak: Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan utama kerajaan, yang digunakan untuk membiayai pemerintahan, militer, dan pembangunan.

 

7. Kehidupan Sosial dan Budaya

 

Masyarakat Majapahit memiliki kehidupan sosial dan budaya yang kaya dan bersifat toleran.

Struktur Sosial: Majapahit mengikuti sistem kasta Hindu (Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra), meskipun penerapannya tidak seketat di India. Dalam kehidupan istana terdapat hierarki jelas, sementara masyarakat biasa sebagian besar terdiri dari petani, pedagang, atau pengrajin.

Toleransi Beragama: Salah satu ciri khas Majapahit adalah sikap toleran terhadap berbagai agama, terutama Hindu dan Buddha. Hal ini tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu) yang berasal dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.

Seni dan Sastra: Majapahit mencapai puncak dalam seni dan sastra.

Karya Sastra: Terdapat buku penting seperti Negarakertagama (Mpu Prapanca) yang merekam sejarah dan kekuasaan Majapahit, serta Sutasoma (Mpu Tantular) yang mengajarkan nilai-nilai toleransi beragama.

Seni Arsitektur: Pembangunan candi-candi dan gapura dengan ukiran detail yang menggambarkan alam, fauna (seperti naga dan burung), serta adegan-adegan mitologi.

Seni Ukir dan Kerajinan: Seni ukir menunjukkan karakteristik unik dan mendetail. Ditemukan pula beragam kerajinan keramik, logam, dan tanah liat.

 

8. Hubungan Luar Negeri

Majapahit memiliki kebijakan luar negeri yang sangat baik, dikenal dengan istilah Mitreka Satata, yang mengartikan "setara" atau "sejajar. "

Persahabatan dan Perlindungan: Melalui Mitreka Satata, Majapahit membangun ikatan persahabatan yang kuat dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara, seperti Syangka (Thailand), Dharmanagari (Kedah), Marutma, Campa, Kambonyanyat (Kamboja), dan Yawana (Annam). Kerajaan-kerajaan ini menerima perlindungan dari Majapahit dan sebagai imbalannya memberikan upeti.

Hubungan dengan Tiongkok: Majapahit memiliki hubungan perdagangan dan diplomatik yang dekat dengan Dinasti Yuan (dan kemudian dinasti Ming) di Tiongkok. Banyak catatan Tiongkok yang mencatat interaksi ini, yang membantu pertumbuhan ekonomi Majapahit.

Pernikahan Politik: Kadang-kadang, pernikahan antara anggota keluarga kerajaan Majapahit dan penguasa atau bangsawan dari negara lain juga dipakai untuk memperkuat ikatan politik dan sosial.

 

9. Peninggalan Kerajaan Majapahit

 

Banyak peninggalan Majapahit yang menunjukkan kemajuan dan kemegahannya.

Candi dan Bangunan:

Candi Penataran: Ini adalah kompleks candi terbesar di Jawa Timur.

Candi Tikus: Dipercaya sebagai petirtaan atau tempat mandi.

Candi Brahu: Diduga digunakan untuk kremasi raja-raja Majapahit.

Candi Surawana:

Candi Rimbi:

Candi Sukuh: Dikenal karena bentuknya yang menyerupai piramida.

Gapura Wringin Lawang: Gerbang besar yang diyakini sebagai pintu masuk ke kediaman Mahapatih Gajah Mada.

Gapura Bajang Ratu: Gerbang indah ini berfungsi sebagai akses ke bangunan suci.

Prasasti:

Prasasti Kudadu: Mengisahkan pengalaman Raden Wijaya sebelum ia menjadi raja.

Prasasti Waringin Pitu: Memberikan gambaran mengenai pemerintahan dan birokrasi Majapahit.

Prasasti Prapancasarapura:

Kitab dan Karya Sastra:

Kitab Negarakertagama: Karya Mpu Prapanca, berisi detail tentang Majapahit pada masa Hayam Wuruk.

Kitab Sutasoma: Karya Mpu Tantular yang mengandung kisah yang melahirkan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika. "

Kitab Pararaton: Menceritakan silsilah Raja-raja Singasari dan Majapahit.

Kitab Arjunawijaya, Kunjarakarna, dan Sudamala: Karya sastra lainnya.

Majapahit merupakan salah satu puncak dari peradaban di Nusantara, meninggalkan jejak yang tidak akan pudar dalam sejarah dan budaya Indonesia. Peninggalan-peninggalan ini tetap menjadi subjek studi dan kekaguman hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Lengkap Kerajaan Majapahit

Unduh sejarah lengkap kerajaan Majapahit disini! Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang paling besar dan kuat dalam sejarah N...