Kerajaan Singasari merupakan salah satu dari kerajaan besar yang menganut agama Hindu-Buddha di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-13 Masehi. Meskipun periode kekuasaannya cukup singkat, Singasari memberikan kontribusi besar dalam sejarah Nusantara, terutama melalui perluasan wilayah dan usaha menyatukan Nusantara di bawah pimpinan Raja Kertanegara.
I. Asal Usul dan
Pembentukan (Tumapel Menjadi Singasari)
Sebelum menjadi
kerajaan penting, wilayah Singasari dikenal sebagai Tumapel, yang merupakan
daerah di bawah Kerajaan Kediri. Proses pembentukan Singasari erat kaitannya
dengan tokoh legendaris yang juga merupakan pendirinya, Ken Arok.
• Ken Arok dan
Pemberontakan: Ken Arok menjabat sebagai akuwu (camat) di Tumapel dan terkenal
karena ambisi serta kecerdikannya. Untuk mendapatkan kekuasaan, ia melakukan
sejumlah intrik, termasuk membunuh Tunggul Ametung (akuwu Tumapel yang
terdahulu) dan menikahi Ken Dedes (istrinya Tunggul Ametung).
• Pertikaian dengan
Kediri: Setelah menguasai Tumapel, Ken Arok memberontak melawan Kerajaan
Kediri. Pada tahun 1222 M, terjadi pertempuran antara tentara Ken Arok dan
Kediri di Ganter, di mana pasukan Kediri yang dipimpin oleh Raja Kertajaya
berhasil dikalahkan.
• Pembentukan
Kerajaan Singasari: Dengan keberhasilan dalam pertempuran di Ganter, Ken Arok
mengukuhkan kekuasaannya dan membentuk kerajaan baru yang dinamakan Kerajaan
Singasari. Ia kemudian dinyatakan sebagai raja pertama dengan gelar Sri Rajasa
Bathara Sang Amurwabhumi. Diperkirakan pusat kerajaan berada di daerah
Singasari (sekarang di Malang, Jawa Timur).
II. Para Raja
Singasari dan Masa Ketidakstabilan
Sejarah Singasari
dipenuhi oleh pembunuhan dan perebutan kekuasaan di dalam keluarga Rajasa,
sesuai dengan yang disampaikan dalam Kitab Pararaton.
1. Ken Arok (Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi, 1222-1227 M):
o Pendiri dinasti
Rajasa dan kerajaan Singasari.
o Dibunuh oleh
Anusapati, anak Ken Dedes dan Tunggul Ametung, sebagai bentuk balas dendam.
2. Anusapati (1227-1248 M):
o Masa
pemerintahannya relatif damai, namun berakhir dengan cara tragis.
o Diakhiri dengan
pembunuhan oleh Tohjaya, anak Ken Arok dan Ken Umang, yang juga ingin membalas
dendam pada kematian ayahnya.
3. Tohjaya (1248 M):
o Masa pemerintahannya
sangat singkat.
o Meninggal akibat
luka yang didapatnya dalam menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh
Ranggawuni (cucu Ken Arok dari Anusapati) dan Mahesa Cempaka (cucu Ken Arok
dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung).
4. Ranggawuni (Wisnuwardhana, 1248-1268 M):
o Bersama dengan
Mahesa Cempaka, ia berhasil menstabilkan keadaan yang kacau. Mahesa Cempaka
diangkat sebagai Ratu Angabhaya (wakil raja).
o Masa
pemerintahannya membawa stabilitas setelah periode konflik internal.
o Mempersiapkan
tahta untuk putranya, Kertanegara.
III. Era Kejayaan
di Bawah Raja Kertanegara
Raja Kertanegara
(memerintah 1268-1292 M) merupakan raja terakhir serta yang paling berpengaruh
di Kerajaan Singasari. Dia terkenal sebagai raja yang memiliki visi untuk
menyatukan Nusantara di bawah kendali Singasari.
• Visi dan
Cita-cita: Kertanegara mengusung gagasan Cakrawala Mandala Dwipantara, yakni
usaha untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah naungan Singasari. Dia ingin
menjadikan Singasari sebagai kekuatan maritim utama di Asia Tenggara.
• Ekspansi Wilayah
(Ekspedisi Pamalayu): Untuk mewujudkan cita-citanya, Kertanegara melaksanakan
ekspedisi militer besar-besaran:
o Ekspedisi
Pamalayu (1275-1292 M): Memimpin angkatan besar ke Melayu (Sumatera) untuk
menaklukkan Kerajaan Melayu (Dharmasraya). Ekspedisi ini sukses, yang ditandai
dengan pengiriman patung Amoghapasa dari Singasari ke Dharmasraya pada tahun
1286 M.
o Ekspansi ke Arah
Barat: Kertanegara juga memperluas pengaruhnya hingga ke Kerajaan Sunda, Bali,
sebagian Kalimantan, dan Maluku.
• Penguatan
Ideologi: Kertanegara dikenal sebagai pengikut kuat ajaran Buddha Tantrayana.
Ia menggabungkan ajaran Hindu dan Buddha serta membangun banyak candi dan
patung sebagai perwujudan dirinya sebagai Aksobya. Ini juga menjadi usaha untuk
memperkuat legitimasi kekuasaannya.
• Hubungan dengan
Mongolia/Dinasti Yuan: Kertanegara dengan tegas menolak permintaan Kubilai Khan
(Kaisar Dinasti Yuan dari Mongolia) untuk menundukkan Singasari. Ia bahkan
berani menyerang utusan Mongolia, Meng Ki, yang kemudian memicu kemarahan
Kubilai Khan dan mengatur invasi ke Jawa.
IV. Kemunduran dan
Keruntuhan
Era kejayaan
Kertanegara berakhir dengan cara yang menyedihkan, menandai jatuhnya Kerajaan
Singasari.
• Pemberontakan
Jayakatwang (1292 M): Saat banyak pasukan Singasari sedang dalam Ekspedisi
Pamalayu dan ekspedisi lainnya, Jayakatwang, yang merupakan adipati Kediri dan
ipar Kertanegara, melihat ini sebagai kesempatan untuk membalas dendam atas
kekalahan Kediri sebelumnya.
• Serangan Balik:
Jayakatwang menyerang Singasari dari dua arah: satu kelompok menarik perhatian
pasukan Singasari ke utara, sementara kelompok utama menyerang langsung ke ibu
kota.
• Wafatnya
Kertanegara: Kertanegara, yang sedang melakukan ritual keagamaan di istananya,
terkejut dengan serangan dan akhirnya dibunuh oleh pasukan Jayakatwang.
• Berdirinya
Kerajaan Kediri Baru: Setelah kematian Kertanegara, Kerajaan Singasari runtuh,
dan Jayakatwang berhasil mendirikan kembali Kerajaan Kediri di bawah
kekuasaannya.
V. Peninggalan
Sejarah dan Warisan
Walaupun Singasari
telah runtuh, warisannya tetap sangat berarti dalam sejarah Indonesia:
• Candi Singasari:
Ini merupakan peninggalan utama dari era Singasari, memiliki gaya arsitektur
yang unik.
• Arca Dvarapala:
Patung besar pengawal gerbang yang ditemukan di dekat Singasari, melambangkan
kekuatan spiritual dan fisik kerajaan.
• Candi Jawi dan
Candi Jago: Candi-candi ini juga dibangun selama periode Singasari, meski
beberapa bagiannya diselesaikan setelah kerajaan jatuh.
• Kitab Pararaton
dan Negarakertagama: Sumber sejarah ini, meskipun ditulis pada masa Majapahit,
menyalurkan informasi penting mengenai sejarah Singasari. Pararaton lebih
menitikberatkan pada silsilah dan intrik politik, sedangkan Negarakertagama
(karya Mpu Prapanca) lebih menggambarkan kejayaan dan wilayah kekuasaan
Kertanegara.
• Fondasi
Majapahit: Kejatuhan Singasari justru menjadi awal berdirinya Kerajaan
Majapahit. Raden Wijaya, menantu Kertanegara, berhasil melarikan diri dari
serangan Jayakatwang. Ia memanfaatkan pasukan Mongol yang datang untuk
menghukum Kertanegara dan juga mengalahkan Jayakatwang, lalu mendirikan
Kerajaan Majapahit. Ide Nusantara yang dicetuskan oleh Kertanegara dilanjutkan
dan diwujudkan oleh Majapahit.
Aspek Lain tentang Kerajaan Singasari
1. Faktor-faktor Keruntuhan yang Lebih Mendalam
Keruntuhan Singasari di era Kertanegara dipengaruhi oleh beberapa faktor
lainnya, selain pemberontakan Jayakatwang:
• Penekanan pada Ekspansi Luar: Ambisi Kertanegara untuk menyatukan
Nusantara (Cakrawala Mandala Dwipantara) melalui misi militer seperti Ekspedisi
Pamalayu ke Sumatera dan perluasan ke Bali, Madura, dan Kalimantan,
mengakibatkan pertahanan kerajaan menjadi lemah. Banyak tentara terkuat dikirim
keluar Jawa, sehingga Singasari kekurangan kekuatan militer di ibu kota. Hal
ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang.
• Ancaman dari Mongol (Dinasti Yuan): Sikap Kertanegara yang menolak
tuntutan Kubilai Khan serta menghina utusannya memicu kemarahan Kaisar Mongol.
Walaupun serangan Mongol baru terjadi setelah kejatuhan Singasari, adanya
ancaman ini telah menambah ketegangan dan kemungkinan menyebabkan Kertanegara
menjadi terlalu percaya diri atau meremehkan kemungkinan ancaman dari dalam.
Dia mungkin merasakan dorongan untuk memperkuat kekuasaan di luar Jawa untuk
menghadapi ancaman Mongol ini.
• Permasalahan Internal dari Warisan Ken Arok: Sejarah Singasari,
dimulai dari Ken Arok hingga Tohjaya, dipenuhi dengan intrik dan balas dendam.
Meski pada zaman Wisnuwardhana dan Kertanegara keadaan sempat stabil, tetapi
rasa dendam dari keturunan yang merasa berhak atas tahta (seperti keturunan
Kediri) tetap ada. Jayakatwang, yang merupakan keturunan Raja Kertajaya dari
Kediri yang dikalahkan Ken Arok, menderita dengan membawa beban dendam sejarah
ini.
2. Peninggalan Budaya Selain Candi
Singasari menyisakan banyak warisan budaya selain candi-candi yang
megah:
• Patung-Patung Menakjubkan: Singasari menciptakan patung-patung seni
yang sangat berkualitas, sering kali menggambarkan raja atau tokoh penting
dalam wujud dewa. Contohnya:
o Patung Dvarapala: Pasangan patung raksasa penjaga gerbang yang
ditemukan di dekat Candi Singasari. Mereka melambangkan kekuatan penjaga dan
sarat makna spiritual dalam agama Hindu-Buddha.
o Patung Amoghapasa: Patung Buddha (perwujudan Boddhisatwa) yang dikirim
oleh Kertanegara ke Dharmasraya (Sumatera) sebagai simbol takluknya kerajaan
tersebut dan pengakuan atas dominasi Singasari dalam Ekspedisi Pamalayu. Patung
ini kini berada di Museum Nasional Jakarta.
o Patung Prajnaparamita: Patung dewi kebijaksanaan dalam ajaran Buddha
Mahayana. Meskipun ditemukan di Jawa Timur, beberapa sejarawan merujuknya pada
Ken Dedes atau tokoh wanita penting lainnya di era Singasari.
• Prasasti-Prasasti: Selain prasasti di candi, ada juga beberapa
prasasti dari lempengan tembaga yang memberikan informasi:
o Prasasti Mula Malurung: Diterbitkan oleh Kertanegara pada tahun 1255
sebagai raja muda di Kediri yang diperintahkan oleh ayahnya Wisnuwardhana.
Prasasti ini menjelaskan silsilah dan administrasi kerajaan.
o Prasasti Wurare: Mengabadikan penobatan patung Mahaksobhya sebagai penghormatan
kepada Raja Kertanegara setelah meninggal, menunjukkan bahwa dia dianggap telah
mencapai tingkat Buddha Agung.
o Prasasti Singosari: Ditulis pada tahun 1351 Masehi (masa Majapahit),
tetapi ditemukan di Singasari dan mencatat pembangunan candi pemakaman yang
dipimpin Gajah Mada, yang berhubungan dengan warisan Singasari.
3. Politik Luar Negeri dan Hubungan dengan Kerajaan Lain
Kertanegara adalah seorang raja yang sangat aktif dalam urusan politik
luar negeri, mencerminkan ambisinya terhadap Cakrawala Mandala Dwipantara.
• Ekspedisi Pamalayu (1275-1292 M): Ini adalah proyek besar untuk
menaklukkan Kerajaan Melayu (Dharmasraya) yang terletak di Sumatera. Tujuannya
adalah untuk melindungi jalur perdagangan dan membentuk aliansi untuk mengatasi
kemungkinan invasi Mongol dari arah utara. Ekspedisi ini berhasil, yang
terlihat dari pengiriman Patung Amoghapasa.
• Hubungan dengan Kerajaan Champa: Kertanegara juga membangun koneksi
yang positif dengan Kerajaan Champa, yang kini terletak di bagian selatan Vietnam.
Hubungan ini diyakini sebagai upaya untuk menciptakan aliansi melawan ancaman
dari bangsa Mongol. Kertanegara bahkan menikah dengan putri Raja Champa.
• Ekspansi ke Bali, Madura, dan Kalimantan: Selain Sumatera, pengaruh
Singasari juga meluas ke pulau-pulau yang berdekatan. Ini menunjukkan perhatian
Kertanegara untuk menjadikan Singasari sebagai kekuatan dominan di kawasan ini.
4. Ajaran Agama dan Sinkretisme
Di Kerajaan Singasari, agama merupakan gabungan yang kuat antara Hindu,
khususnya Siwaisme, dan Buddha, terutama Mahayana, serta Tantrayana yang muncul
belakangan. Ini disebut sebagai Siwa-Buddha atau sinkretisme Hindu-Buddha.
• Harmoni dan Integrasi: Di Singasari, terutama di bawah pimpinan
Kertanegara, kedua agama ini berusaha untuk berdampingan dengan harmonis,
berbeda dengan periode sebelumnya yang mungkin terdapat ketegangan. Kertanegara
dikenal sebagai seorang penganut Buddha Tantrayana yang kuat tetapi tetap
menghormati Siwaisme. Ia sering digambarkan pada arca yang menampilkan unsur-unsur
dari kedua agama tersebut.
• Pemujaan Raja-Dewa: Ada tradisi kuat dalam menghormati raja yang telah
meninggal sebagai manifestasi dewa atau Buddha, yang dikenal sebagai konsep
Dewa-Raja. Raja Kertanegara diwakili sebagai Jina, yaitu Buddha Agung, dalam
Arca Wurare, serta sebagai Aksobya. Ini dilakukan untuk memperkuat legitimasi
dan kekuatan spiritual raja.
• Upacara Keagamaan: Ritual keagamaan dilaksanakan secara rutin,
biasanya dengan melibatkan ritual yang rumit, mencerminkan kedalaman praktik
spiritual di kalangan para elite kerajaan
Singasari, meskipun memiliki masa berdiri yang singkat, meninggalkan
warisan ideologis dan budaya yang mendalam, terutama melalui cita-cita
Kertanegara untuk menyatukan Nusantara, serta perpaduan unik dalam seni dan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar